Informasi Kota Singkawang Kalimantan Barat

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 21 Februari 2014

Pulau Simping, Pulau Terkecil di Dunia Ada di Indonesia

Pulau Simping, Pulau Terkecil di Dunia Ada di Indonesia

Indonesia sungguh negara yang kaya, luas, dan indah. Lautan yang luas. Pulau yang jumlahnya ada ribuan. Pariwisata Indonesia menduduki salah satu pariwisata terkuat di Asia. Siapa yang tak tahu candi Borobudur. Candi ini merupakan candi terbesar di dunia dan masuk dalam salah satu keajaiban dunia. Indonesia juga punya pulau Bali yang sudah terkenal di seantero dunia. Ribuan wisatawan asing datang ke pulau ini tiap tahunnya. Di antara ribuan pulau, di Indonesia terdapat pulau terkecil di dunia, yaitu pulau Simping. Pulau ini terdapat di Singkawang, Kalimantan Barat. Tepatnya  di perairan Bay Mak Jantu, Selatan Singkawang. Pulau ini termasuk dalam kawasan wisata pantai Sinka Park Island. PBB telah mengakui bahwa pulau mungil ini 'the smallest island in the world', jadi keberadaannya sebagai pulau terkecil di dunia telah diakui oleh dunia internasional.
“Awalnya, Pulau Simping dulu memang ada penghuninya, tetapi kemudian penghuninya berangsur pindah karena abrasi laut. Pulau ini lama-lama mengecil seperti sekarang. Pulau ini ramai dikunjungi para wisatawan. Untuk menuju lokasi ini, cukup mudah. Hanya dibutuhkan waktu sekitar 10 menit dari Kota Singkawang menuju teluk pantai Mak Jantu. Sedangkan dari Pontianak, memerlukan waktu sekitar 3 jam, perjalanan ke arah kota Singkawang.

Pulau Simping Singkawang


Kriteria yang mendukung pulau Simping sebagai pulau terkecil di dunia:
  1. Ada aktifitas kehidupan di pulau tersebut, yaitu mereka yang datang berkunjung ke kawasan Sinka Island Park dan mampir untuk menimati keindahan alam di pulau tersebut.
  2. Ada bangunan di atasnya yaitu sebuah klenteng kecil yang berdiri menghadap laut lepas.
  3. Pulau Simping merupakan pulau sejati, artinya adalah daratan yang dikelilingi air laut dan tidak pernah tenggelam oleh pasang laut.
  4. Pulau Simping mempunyai ukuran kecil yang kurang dari 1 hektar.
  5. Pulau Simping ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan yang menyatakan bahwa pulau tersebut mempunyai tanah dan bukan melulu merupakan tumpukan batuan.
Mempunyai penghuni, meskipun hanya penghuni tidak tetap yaitu mereka yang rutin melakukan ibadah di klenteng kecil.



    Festival Imlek Dan Cap Go Meh 2565 Singkawang Resmi Dibuka

    Festival Imlek Dan Cap Go Meh 2565 Singkawang Resmi Dibuka



    Singkawang info. Walikota Singkawang, Awang Ishak membuka Festival seni dan budaya Imlek dan Cap Go Meh 2565 Singkawang secara resmi pada Kamis malam tanggal 30 Agustus 2014 di Stadion Kridasana. Masyarakat berbondong-bondong menyaksikan acara tersebut sehingga stadion Kridasana tampak ramai dan bersorak sorai. Walikota membuka acara tersebut dengan ditandai oleh pemukulan gendang. Walikota didampingi oleh Ketua DPRD Kota Singkawang Tjhai Chui Mie, Forum Koordinasi Pimpinan Singkawang, dan Ketua Panitia. Rangkaian acara ini berlangsung dari tanggal 30 Januari 2014 sampai dengan 14 Februari 2014. Dalam Festival ini, panitia menyediakan hadiah: mobil, sepeda motor, dan 200 paket menarik lainnya untuk pengundian tiket masuk di stadion Kridasana.
    Rangkaian Acara Festival Seni dan Buday Imlek dan Cap Go Meh 2565 Singkawang:





    Tatung Singkawang Raih Real Wow 2013‏

    Seni Tatung Kota Singkawang Raih Real Wow 2013‏

     Seni Tatung Cap Go Meh dari Kota Singkawang, Kalimantan Barat mendapatkan penghargaan The Real Wonder of The World (Real Wow) 2013,penghargaan ini diraih bersama tiga kota lainya di Indonesia. Di negeri asalnya sendiri, Republik Rakyat China (RRC), seni Tatung sudah tidak ada lagi alias punah. "Di tempat asalnya (RRC), sudah tidak ada lagi. Hanya ada di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia. Ini sangat unik," ujar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar di Malam Apresiasi Wonderful Indonesia, (12/12).
    Cap Go Meh merupakan perayaan hari ke-15 dalam perhitungan Tahun Baru China. Perayaan ini dirayakan oleh etnis Tionghoa di Indonesia, seperti Surabaya, Bangka Belitung, Medan, Manado, Jakarta dan sejumlah kota/kabupaten di Kalimantan Barat. Kota Singkawang merayakan Cap Go Meh dengan unik dan meriah. Pada puncak perayaan dimeriahkan dengan festival lentera/lampion dan kesenian kuno Tatung, dengan tujuan mengusir kemalangan di sisa tahun yang akan dilewati oleh masyarakat etnis Tionghoa.
    Selama Ritual Tatung, peserta yang dirasuki Dewa-Dewa China mampu bertindak di luar batas kewajaran, seperti menginjak pedang dan menusukan kawat baja serta paku ke pipi. Anehnya, peserta tidak terluka sama sekali dan malah kembali melakukan hal tersebut. "Cap Go Meh di Kalimantan Barat sangat unik, tidak ada duannya di tempat lain. Very unique dan wonderful," tukas Sapta kepada wartawan. Selain Seni Tatung Cap Go Meh Kota Singkawang, ada tiga kota lainnya yang mendapatkan penghargaan serupa. Antara lain Kota Tua Jakarta, Kota Melaka Malaysia dan Alat Musik Sasando dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).
    Pertunjukan seni Tatung di Singkawang selalu ramai pengunjung dari tahun ke tahun. Banyak pelancong dari dalam dan luar negeri berdatangan untuk menyaksikan acara ini. Yang hadir tidak hanya rakyat, tapi beberapa pejabat juga hadir, seperti duta besar negara sahabat, para menteri, dan lain-lain. Makanya, hotel-hotel di kota singkawang selalu penuh akan penuh.
    Sumber:
    Majalah Gatra: Senin, 16 Desember 2013
    Tatung Singkawang

    Singkawang Menjelang Imlek 2014

    Singkawang Menjelang Imlek 2014

    Singkawang yang dikenal sebagai kota Amoy atau kota Seribu Kelenteng, selalu meriah merayakan tahun baru Imlek. Tahun baru Imlek tahun 2014 ini jatuh pada tanggal 31 Januari 2014. Mayoritas penduduk di kota Singkawang adalah etnis Tionghoa yang jumlahnya lebih dari 50 %. Di sudut sudut-sudut kota telah dihiasi berbagai pernak-pernik yang indah, diantaranya adalah hiasan lampion. Petasan dibunyikan sepanjang malam menjelang Imlek. Kota Singkawang seolah-olah disulap menjadi "Hongkong" nya Indonesia. Menjelang Imlek, para pedagang atau pengusaha banyak yang meliburkan diri. Mereka berkumpul dan bersembahyang dengan harapan diberi rejeki di tahun kuda kayu ini. Berikut ini foto-foto di Kota Singkawang menjelang Imlek.

    Depan Vihara Tri Dharma Bumi Raya
    Patung Naga
    Pasar Hongkong menjelang malam
    Toko yang menjual pernak-pernik Imlek
    Kemeriahan di jalan Sejahtera
    Umat sedang sembahyang


    Sejarah Singkawang

    Kota Singkawang


     

    Asal Usul Singkawang (sejarah)
    Kota Singkawang atau San Keuw Jong berasal dari bahasa Hanzi (Hanzi: 山口洋 hanyu pinyin: Shānkǒu Yáng) adalah sebuah kota (kotamadya) di Kalimantan Barat, Indonesia. Awalnya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kesultanan Sambas, Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya dan rasa capek. Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas). Waktu itu, orang Tionghoa menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong (Bahasa Hakka). Singkawang  berbatasan langsung dengan laut Natuna dan terdapat pengunungan serta sungai, dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai sampai ke muara laut. Melihat perkembangan Singkawang yang dinilai oleh mereka yang cukup menjanjikan, para penambang tersebut beralih profesi ada yang menjadi petani dan pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang.

    Pembentukan Kota Administratif Singkawang
    Kota Singkawang semula merupakan bagian dan ibukota dari wilayah Kabupaten Sambas (UU Nomor 27 Tahun 1959) dengan status Kecamatan Singkawang dan pada tahun 1981 kota ini menjadi Kota Administratif Singkawang (PP Nomor 49 Tahun 1981). Tujuan pembentukan Kota Administratif Singkawang adalah untuk meningkatkan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan agar berhasil guna dan berdaya guna dan sebagai sarana utama bagi pembinaan wilayah serta sebagai pendorong yang kuat bagi usaha peningkatan laju pembangunan. Selain sebagai pusat pemerintahan Kota Administratif Singkawang, ibukota Sambas juga berkedudukan di Kota Singkawang.

    Pembentukan Pemerintah Kota Singkawang
    Kota Singkawang pernah diusulkan menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Singkawang yaitu melalui usul pemekaran Kabupaten Sambas menjadi 3 (tiga) daerah otonom. Namun Kotamadya Daerah Tingkat II Singkawang belum direalisir oleh Pemerintah Pusat, waktu itu hanya Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang yang disetujui, sehingga wilayah Kota Administratif Singkawang menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang (UU Nomor 10 Tahun 1999), sekaligus menetapkan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sambas beribukota di Sambas.
    Kondisi tersebut tidaklah membuat surut masyarakat Singkawang untuk memperjuangkan Singkawang menjadi daerah otonom, aspirasi masyarakat terus berlanjut dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Sambas dan semua elemen masyarakat seperti: KPS, GPPKS, Kekertis, Gemmas, Tim Sukses, LKMD, para RT serta organisasi lainnya. Melewati jalan panjang melalui penelitian dan pengkajian terus dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Barat maupun Tim Pemekaran Kabupaten Sambas yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bersama antara Bupati Sambas dan Bupati Bengkayang No. 257 Tahun 1999 dan No. 1a Tahun 1999, tanggal 28 September 1999, serta pengkajian dari Tim CRAIS, Badan Petimbangan Otonomi Daerah. Akhirnya Singkawang terwujud menjadi Daerah Otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang, diresmikan pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri dan otonomi Daerah atas nama Presiden Republik Indonesia.

    Pembagian Administratif
    Singkawang memperoleh status kota berdasarkan UU No. 12/2001, tanggal 21 Juni 2001. Berdasarkan Perda Kota Singkawang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perubahan desa menjadi Kelurahan di Kota Singkawang dan Perda Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan dan Perubahan Nama Kecamatan di Kota Singkawang sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, terdapat 5 (lima) kecamatan dan 26 (dua puluh enam) kelurahan, yakni:

    • Singkawang Barat, 4 (empat) kelurahan, yaitu:
    1. Kelurahan Pasiran
    2. Kelurahan Melayu
    3. Kelurahan Kuala
    4. Kelurahan Tengah

    • Singkawang Utara, 7 (tujuh) kelurahan, yaitu:
    1. Kelurahan Sei Garam Hilir
    2. Kelurahan Naram
    3. Kelurahan Sei Bulan
    4. Kelurahan Sei Rasau
    5. Kelurahan Setapuk Kecil
    6. Kelurahan Setapuk Besar
    7. Kelurahan Semelagi Kecil

    • Singkawang Selatan, 4 (empat) kelurahan, yaitu:
    1. Kelurahan Sedau
    2. Kelurahan Sijangkung
    3. Kelurahan Pangmilang
    4. Kelurahan Sagatani

    • Singkawang Timur, 5 (lima) kelurahan, yaitu:
    1. Kelurahan Sanggau Kulor
    2. Kelurahan Pajintan
    3. Kelurahan Nyarungkop
    4. Kelurahan Bagak Sahwa
    5. Kelurahan Mayasopa

    • Singkawang Tengah, 6 (enam) kelurahan, yaitu:
    1. Kelurahan Roban
    2. Kelurahan Condong
    3. Kelurahan Sekip Lama
    4. Kelurahan Jawa
    5. Kelurahan Sei Wie
    6. Kelurahan Bukit Batu

    Geografi
    Dengan luas wilayah 504 km², Singkawang terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 0°44’55,85” - 1°01’21,51"LS 108°051’47,6”-109°010’19”BT.
    Batas-batas wilayah Kota Singkawang adalah:
    Utara Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas Selatan Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang Barat Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Samudra Pasifik Timur Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang

    Jumlah penduduk
    Populasi penduduk kota Singkawang setiap tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Singkawang pada tahun 2011, tercatat sebanyak 246.306 jiwa, mayoritas penduduk adalah orang Hakka/Khek sekitar 42% dan selebihnya orang Melayu, Dayak, Tio Ciu, Jawa dan pendatang lainnya. Penduduk di kota ini tersebar di lima kecamatan, yakni Singkawang Selatan, Singkawang Timur, Singkawang Utara, Singkawang Barat dan Singkawang Tengah. Dari lima daerah ini terdapat 26 kelurahan.
    Untuk Singkawang Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang pada 2006 terdapat 37.396 jiwa. Tahun berikutnya 2007 bertambah menjadi 40.708 jiwa dan pada tahun 2008 yang lalu ada 41.466 jiwa. Di Singkawang Timur pada 2006 terdapat 18.951 jiwa dan tahun 2007 menjadi 19.022 jiwa. Jumlah itu naik menjadi 19.054 jiwa pada tahun 2008. Singkawang Utara tahun 2006 terdapat 20.287 jiwa. Pada tahun berikutnya, yaitu 2007 dihuni oleh 21.160 jiwa. Peningkatan terjadi lagi pada tahun 2008 menjadi 21.401 jiwa. Wilayah Singkawang Barat tahun 2006 silam tercatat 59.534 penduduk. Jumlah tersebut naik secara signifikan pada 2007 menjadi 60.307 jiwa. Pada 2008 sebanyak 60.656 jiwa hidup di Singkawang. Terakhir di Singkawang Tengah tahun 2006 ada 52.132 jiwa. Sedangkan tahun 2007 terdapat 55.882 jiwa. Jumlah yang signifikan terjadi pada 2008 menjadi 56.330 orang. Kesemua penduduk itu tersebar di wilayah Kota Singkawang yang memiliki luas 504,00 km2. Laju pertumbuhan penduduk Kota Singkawang pada tahun 2006 sekitar 5,6 persen.

    Iklim
    Secara umum wilayah Kota Singkawang beriklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar antara 21,8 °C sampai dengan 30,05 °C. Iklim tropis di wilayah Kota Singkawang termasuk klasifikasi iklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2.819 mm/tahun atau 235 mm/bulan. Jumlah rata-rata hari hujan 157 hari/tahun atau rata-rata 13 hari hujan/bulan. Rata-rata kelembaban udara di kota Singkawang adalah 70%. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus. Kota Singkawang memiliki wilayah datar dan sebagian besar merupakan dataran rendah antara 50 meter s/d 100 meter diatas permukaan laut. Kota Singkawang yang terletak pada 0° LS dan 109° BT, wilayahnya merupakan daerah hamparan dan berbukit serta sebelah Barat berada pada pesisir laut.

                                                                "Tempat Wisata"

    Pantai Pasir Panjang
    Pantai Pasir Panjang telah lama menjadi tempat rekreasi yang terkenal, menghadap ke laut Natuna serta beberapa pulau kecil di sekitarnya, antara lain pulau Lemukutan, pulau Kabung dan Pulau Randayan. Perahu-perahu kecil dan speed boat dapat disewa di sini untuk menuju ke pulau-pulau tersebut.Sebagai sebuah tempat rekreasi, obyek wisata ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang serta di sekitar pantai telah banyak hotel, cottage, toko-toko, diskotik dan fasilitas-fasilitas lainnya tersedia bagi wisatawan. Tempat ini sangat cocok bagi orang-orang yang menyukai olahraga renang, memancing, menyelam dan ski air atau berselancar. Pantai Pasir Panjang berada di Kecamatan Tujuhbelas, hanya 17 km dari pusat kota Singkawang. Kondisi jalan masuk telah beraspal dan dapat dilewati oleh kendaraan roda empat. Sarana transportasi dari dan ke Pasir Panjang berupa kendaraan umum, taksi, minibus maupun kendaraan pribadi. Hamparan pasir putih dan bebatuan yang memanjang disertai hembusan angin dan deburan ombak yang aman sebagai kawasan pemandian, suasana Pasir Panjang akan terasa pada saat matahari terbit dan tenggelam di cakrawala. Dengan ditemani deretan Gunung Besi dan pepohonan yang menaunginya semakin menambah keelokan dan kekhasan wilayah wisata ini. Fasilitas yang lengkap dan nyaman dapat anda rasakan saat berwisata atau berlibur ke pantai Pasir Panjang ini. Mulai penginapan, kolam renang keluarga, tempat bermain anak-anak, warung-warung makan hingga fasilitas olahraga seperti motorcross, road race dan gokart. Anda dapat pula memancing langsung ke kawasan laut.

    Sinka Island Park
    Salah satu tujuan wisata baru di Singkawang terletak di kawasan wisata Teluk Karang/Teluk Ma'jantuh. Terletak sebelah selatan kota Singkawang 8 km sebelum memasuki kota ini. Dari pinggir jalan raya Pontianak - Singkawang berjarak 3 km. Merupakan objek wisata masa depan yang menawarkan fasilitas hiburan modern dan alami, kawasan wisata tepi pantai ini menyajikan pemandangan pantai dan hiburan lainnya untuk keluarga yang ditopang dengan berbagai fasilitasnya, seperti delman maupun kuda bagi pengunjung yang dapat disewa untuk mengelilingi taman rekreasi ini. Selain itu pengelola menyediakan kolam renang, kantin dan fasilitas lainnya.

    Sinka Zoo
    Sinka Zoo terletak di sebelah kawasan Sinka Island Park, tepatnya di sebelah selatan dengan jarak 500 meter setelah memasuki Sinka Island Park. Keunikan kebun binatang ini terletak diberbagai penjuru mengelilingi gunung dan nampak keindahan laut dari atas gunung tersebut yang menampilkan hewan-hewan langka lokal maupun luar daerah, taman rekreasi ini juga memiliki mobil pembawa para wisatawan untuk mengelilingi gunung Bajau. Dari atas gunung ini kita dapat menyaksikan keindahan kota singkawang dengan jelas.

    Taman Bukit Bougenville
    Merupakan taman bunga yang terletak di sebelah selatan, tepatnya di Desa Sijangkung dan berjarak ± 6 km dari kota Singkawang. Posisinya terletak di kaki bukit berlatar belakang Gunung Pasi dan dikelilingi areal hutan dan perkebunan. Taman ini memiliki luas 1,5 ha, walaupun bunga Bougenville yang menjadi tampilan utama, namun terdapat pula beragam bunga-bunga lainnya dan penataan taman yang asri untuk dapat dinikmati keluarga dan muda-mudi. Fasilitas yang disediakan untuk pengunjung relatif telah memberikan kesan "kenyamanan" untuk dinikmati, mulai dari sarana publik seperti tempat parkir, musholla, pondok-pondok tempat bersantai, rest room, cafetaria, kolam renang mini untuk anak-anak hingga hutan homogen yang dinamakan "Area Super Sejuk" dan dapat digunakan untuk area fotografi pengantin, alam dan sebagainya. Dilengkapi keramahan yang menyapa anda dari tiap ruang hingga sajian menu sesuai selera. Datang dan biarkan mata serta jiwa anda menikmati indahnya panorama alam di Taman Bukit Bougenville.

    Taman Chidayu
    Berdampingan dengan taman Bougenville, Chidayu memiliki karakteristik khas dengan tempat pemancingan, pepohonan buah-buahan, taman bunga dan taman bermain anak-anak. Kesejukan hembusan angin dapat kita nikmati sembari melihat sunset di ufuk barat dan hidangan cafe Chidayu.

    Taman Teratai Indah
    Tidak sampai 10 menit dari kota, tempat rekreasi keluarga untuk menikmati pemandangan gunung yang berjejer menghiasi kota Singkawang dengan nuansa 'air' dapat pula bersenda gurau di danau buatan sembari mengengkol 'bebek air', berenang bersama keluarga di kolam renang dan menikmati sajian makanan dan minuman di restoran atau danau.

    Pasar Hong Kong
    Jika anda merasa lapar di malam hari bukanlah persoalan, karena deretan gerobak yang menjual berbagai jenis makanan di pasar Hong Kong siap menuntaskannya. Pasar Hong Kong adalah sebutan orang-orang Singkawang untuk jalan Bawal dan sekitarnya di malam hari. Di pagi dan siang harinya, lokasi ini hanyalah jalan biasa tempat berlalu lalang berbagai kendaraan, namun ketika malam tiba akan dipadati gerobak-gerobak yang menjual berbagai jenis makanan.

    Vihara Tri Dharma Bumi Raya
    Kota Singkawang juga dikenal dengan sebutan kota Seribu Kuil, karena di setiap sudut kota ini dapat ditemui banyak bangunan vihara atau lebih dikenal sebagai kelenteng atau pekong. Bangunan ini memiliki arsitektur yang khas, didominasi warna merah dan hiasan liong.

                                                                     "Budaya"

    Cap Go Meh
    Seperti halnya bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia lainnya, perayaan Imlek untuk menyambut tahun baru China merupakan tradisi termegah yang selalu dirayakan seluruh lapisan masyarakat Singkawang setiap tahun. Bagi mereka perayaan Imlek tidak ada bedanya dengan masyarakat Indonesia lainnya ketika merayakan Idul Fitri atau Natal.
    Tahun baru Imlek muncul dari tradisi masyarakat Tiongkok yang dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan sekaligus harapan agar musim berikutnya memperoleh hasil yang lebih baik. Imlek selalu dirayakan selama 15 hari berturut-turut dan hari puncak ke-15 disebut dengan Cap Go Meh. Dalam tradisi Tionghoa berarti malam ke-15 yang merupakan puncak perayaan Imlek dan Cap Go Meh dirayakan secara khusus. Kalau mau ditelaah lebih jauh, Cap Go Meh di Indonesia sendiri merupakan perpaduan budaya Tiongkok dan Indonesia, yakni adanya lontong Cap Go Meh. Lontong adalah makanan asli Indonesia, sedangkan Cap Go Meh adalah tradisi yang lahir dari Imlek.
    Puncak acara Imlek atau Cap Go Meh ini dimaksud untuk menangkal gangguan atau kesialan di masa mendatang. Pengusiran roh-roh jahat dan peniadaan kesialan dalam Cap Go Meh disimbolkan dalam pertunjukan Tatung. Tatung adalah media utama Cap Go Meh. Atraksi Tatung dipenuhi dengan mistik dan menegangkan, karena banyak orang kesurupan dan orang-orang inilah yang disebut Tatung. Upacara pemanggilan tatung dipimpin oleh pendeta yang sengaja mendatangkan roh orang yang sudah meninggal untuk merasuki Tatung. Roh-roh yang dipanggil diyakini sebagai roh-roh baik yang mampu menangkal roh jahat yang hendak mengganggu keharmonisan hidup masyarakat. Roh-roh yang dipanggil untuk dirasukkan ke dalam Tatung diyakini merupakan para tokoh pahlawan dalam legenda Tiongkok, seperti panglima perang, hakim, sastrawan, pangeran, pelacur yang sudah bertobat dan orang suci lainnya.
    Roh-roh yang dipanggil dapat merasuki siapa saja, tergantung apakah para pemeran Tatung memenuhi syarat dalam tahapan yang ditentukan pendeta. Para Tatung diwajibkan berpuasa selama tiga hari sebelum hari perayaan yang maksudnya agar mereka berada dalam keadaan suci sebelum perayaan.
    Dalam atraksi Tatung yang sudah dirasuki roh orang meninggal bertingkah aneh, ada yang menginjak-injak sebilah mata pedang atau pisau, ada pula yang menancapkan kawat-kawat baja runcing ke pipi kanan hingga menembus pipi kiri. Anehnya para Tatung itu sedikit pun tidak tergores atau terluka. Beberapa Tatung yang lain dengan lahapnya memakan hewan atau ayam hidup-hidup lalu meminum darahnya yang masih segar dan mentah.
    Di Singkawang banyak orang Dayak yang juga turut serta menjadi Tatung, mereka terdorong berpartisipasi karena ritual Tatung mirip upacara adat Dayak. Sejak pertama kali datang ke Singkawang masyarakat Tionghoa telah menjalin persahabatan erat dengan penduduk pribumi khususnya suku Dayak. Karena itu tidak ada kecanggungan di antara kedua etnis ini. Dahulunya Singkawang merupakan tempat persinggahan para penambang emas yang berasal dari Tiongkok. Gelombang migrasi besar-besaran pada tahun 1760, membawa masyarakat suku Tionghoa Hakka dari Guangdong China selatan yang mendarat di Pulau Kalimantan. Mereka menetap dan bekerja sebagai kuli tambang emas dan intan di monterado, Kalimantan Barat. Meski secara fisik maupun budaya ada yang berasimilasi dengan penduduk lokal, mereka juga tetap mempertahankan adat istiadat leluhur yang dipertahankan hingga kini. Karena pada umumnya mereka penganut Kong Hu Cu dan Buddha maka perayaan imlek menjadi tradisi istimewa yang senantiasa mereka rayakan.
    Di era Orde Baru perayaan Imlek khususnya ritual Tatung dilarang dipertontonkan di depan umum. Tetapi di era reformasi mantan Presiden Gus Dur mengizinkan kembali, bahkan pemerintahan berikutnya Megawati Soekarnoputri mengesahkan dalam bentuk undang-undang. Dengan demikian warga Tionghoa di Singkawang khususnya menjadi lebih leluasa untuk menjalankan tradisi atau upacara keagamaan mereka. Di dunia pariwisata, Tatung berpotensi untuk menarik turis dalam negeri dan mancanegara. Selain mengangkat nama Singkawang di dunia internasional, Tatung juga ikut meningkatkan perekonomian daerah setempat.

    Gawai Dayak Naik Dango
    Upacara Naik Dango yang merupakan kegiatan ritual seputar panen padi adalah ungkapan syukur masyarakat Dayak kepada Sang Pencipta akan hasil yang telah diperoleh. Upacara ini diadakan di setiap kabupaten termasuk kota Singkawang. Tempat penyelenggaraan dilaksanakan bergantian antar kecamatan setiap tahun, ditetapkan oleh Dewan Adat kabupaten setempat. Di samping upacara adat, diadakan pula pesta wisata dan budaya Naik Dango yang diisi dengan pertunjukan kesenian, lomba permainan tradisional, lomba kesenian daerah, pameran, seminar kebudayaan dan pasar rakyat.

                                                                "Perekonomian"

    Perdagangan
    Singkawang terkenal sebagai kota perdagangan terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah Kota Pontianak. Letaknya di pantai barat sangat strategis, yakni berada di antara kabupaten Sambas dan Bengkayang, sangat menguntungkan Singkawang dalam mengembangkan daerahnya sebagai sentra bisnis dan pemasaran produk dari dan ke wilayah di sekitarnya. Selain juga menampung dan mendistribusikan barang-barang yang tidak diproduksi di Singkawang dan daerah sekitarnya, seperti barang-barang sandang, alat-alat pertanian dan lainnya. Sebagian besar barang yang diperdagangkan merupakan hasil bumi, seperti produk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan hasil kerajinan atau industri kecil di Singkawang dan kabupaten tetangga.

    Pertanian dan Peternakan
    Singkawang adalah wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura terdapat di Kecamatan Singkawang Selatan, Utara dan Timur. Wilayah itu memiliki potensi yang cukup besar, baik dari segi lahan yang tersedia maupun jenis tanaman yang sesuai untuk dikembangkan. Lahan yang luas dan tanah yang subur serta tenaga kerja 11.829 orang merupakan faktor yang sangat mendukung bagi pengembangan agroindustri.
    Tanaman jagung, misalnya, banyak diusahakan di Singkawang Selatan dan Timur. Komoditas ini baru tahun 2001 diusahakan di Singkawang Selatan seluas 10 hektar. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak-sebagian besar untuk ayam ras petelur di Singkawang sangat besar, yakni 100 ton per hari. Singkawang sendiri belum bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak tersebut, karena produksi tahun 2001 baru sekitar 20 ton. Hingga kini kebutuhan itu disuplai Kabupaten Bengkayang sebanyak 40 ton dan sisanya dari Semarang, Lampung, bahkan dari China.
    Hasil pertanian itu selain dijual dalam bentuk buah segar, juga mulai diolah. Jeruk siam dan nanas, misalnya, dibuat sari jeruk, minuman ringan dan nanas dalam kaleng. Demikian pula pisang, dipasarkan dalam bentuk tepung pisang, pisang selai dan keripik pisang. Usaha industri ini mulai berkembang walau masih dalam skala industri kecil. Industri secara umum banyak terdapat di Singkawang Barat, berupa industri pengolahan bahan makanan dan minuman ringan. Ada juga industri furnitur dari kayu yang bahan baku serta pemasarannya bersifat lokal.
    Hasil peternakan, terutama ayam petelur dan babi. Produksi peternakan selain untuk konsumsi sendiri, beberapa peternak besar, terutama telur ayam dan babi, juga dipasarkan ke luar Kota Singkawang. Bahkan telur ayam menguasai hampir 95 persen pasar di Kalimantan Barat.

    Industri
    Hasil industri yang menjadi produk andalan adalah keramik. Industri ini telah lama berkembang dan pasarannya pun merambah ke mancanegara meskipun masih berskala industri kecil. Ada delapan unit usaha yang bergerak di bidang usaha keramik dan dikelola turun-temurun. Pembuatan keramik tradisional itu terdapat di Desa Sakok, Kelurahan Sedau, Singkawang Selatan. Buatannya sangat menarik dan artistik bergaya Dinasti Ming. Ciri khasnya terletak pada desain yang berupa gambar naga. Keramik ini telah memenuhi pasaran ekspor ke Singapura, Malaysia dan negara lainnya.
    Kota Singkawang juga terkenal dari hasil industri kecil dengan makanan khasnya, yaitu tahu dan mie Singkawang dan makanan ini sering dijadikan oleh-oleh bagi para pelancong yang datang ke Singkawang. Rasa dan aroma tahu Singkawang memiliki ciri khas tersendiri. Makanan berbahan dasar kedelai yang dibuat secara tradisional ini terasa lembut dan terlihat bersih, berbeda dengan tahu umumnya yang mungkin terasa sedikit asam. Hasil sampingan dari pembuatan tahu Singkawang adalah bubur tahu dan air tahu.

    Pendapatan
    • APBD sebesar Rp. 3.411.475.134.475,-
    • Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp.14.934.687.606.110,-
    • Dana Perimbangan sebesar Rp. 1.881.144.108.000,-

    Festival
    Berbagai festival banyak digelar di kota ini, misalnya:
    • Tahun Baru Imlek (bulan Januari atau Februari)
    • Cap Go Meh dirayakan 15 hari setelah Imlek (bulan Januari atau Februari)
    • Gawai Dayak Naik Dango (bulan Mei)
    • Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (tanggal 17 Agustus)